Selasa, 01 Maret 2016

Cara Mengendalikan Wereng Hijau Dengan Menggunakan Musuh Alami Supaya Memberikan Nilai Tambah Pada Tanaman Padi


Padi merupakan makanan pokok sumber kalori untuk sebagian besar penduduk dunia, terutama di Asia, dimana lebih dari 90% padi di tanam. Di Indonesia, tingkat konsumsi beras masih tinggi yaitu 139 kg/kapita/tahun.  Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat sehingg diperkirakan kebutuhan beras pada tahun 2020 mencapai 35,1 juta ton.  Kalau produksi padi tidak meningkat, berarti pada tahun 2020 akan terjadi kekurangan beras sebanyak 4,5 juta ton (Baehaki. 2006). Adanya gangguan hama dan penyakit merupakan salah satu kendala dalam pencapaian produksi yang diharapkan.

Wereng hijau (Nepotettix viriescens) merupakan salah satu hama penting  pada  tanaman padi karena menularkan virus tungro yang dapat menurunkan hasil hingga puso.  Penyakit tungro menyebabkan jumlah anakan berkurang dan kehampaan gabah yang tinggi.  Usaha pengendalian yang banyak dilakukan adalah penggunaan insektisida.  Namun, penggunaan  insektisida dapat menimbulkan dampak negatif, bagi kesehatan manusia dan lingkungan sehingga secara tidak langsung bisa menurunkan daya saing padi.  Dengan demikian diperlukan strategi pengendalian lain yang lebih ramah lingkungan seperti penggunaan musuh alami.  Musuh alami yang biasa digunakan adalah predator, parasitoid dan patogen karena dapat mencegah meningkatnya populasi wereng hijau dan bermanfaat untuk pertanian berkelanjutan yang secara ekologis maupun ekonomi menguntungkan.

Musuh Alami adalah organisme yang menjadi faktor penghambat berkembangnya hama dan pennyakit pada tanaman.  Pemanfaatan musuh alami (agens hayati) dalam menekan kehilangan dan kerugian hasil akibat organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu aspek penting yang sangat berpeluang untuk menjawab tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang berkualitas, sehat, dan aman dikonsumsi.  Produk semacam ini memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi yang lambat laun akan menjadi buruan pasar dunia karena memberikan keuntungan lebih tinggi  dan manfaat kesehatan lebih besar.

Pemanfaatan musuh alami memiliki beberapa keuntungan yaitu : 1) selektivitas tinggi dan tidak menimbulkan hama baru, 2) organisme yang digunakan sudah tersedia di alam, 3) organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan inangnya, 4) dapat berkembang biak dan menyebar 5) hama tidak menjad resisten atau jika terjadi sangat lambat, 6) pengendalian dengan sendirinya  (Van Emden 1976 dalam Lubis 2005).

Menurut Chiu 1739 dalam Laba 2001, Serangga wereng mempunyai 79 jenis musuh alami yaitu 37 predator,  34 parasitoid dan 8 patogen. 


Predator : organisme yang memangsa organisme lain. Contoh-contoh predator wereng hijau antara lain :
Cara Mengendalikan Wereng Hijau Dengan Menggunakan Musuh Alami Supaya Memberikan Nilai Tambah Pada Tanaman Padi


    

Parasitoid : serangga yang memarasit (hidup dan berkembang dengan menumpang) serangga lain (yang disebut inang). Parasitoid ada yang berkembang didalam tubuh inang (endoparasit), dan ada yang berkembang di luar tubuh inang (ektoparasitoid). Inang yang diparasit dapat berupa telur, larva, nimfa, pupa atau imago serangga hama (Korlina, E. 2011).  Beberapa spesies serangga parasit nimfa dan imago wereng hijau (N.virescens) antara lain Pseudogonatopus sp. (Hymenoptera: Drynidae) dan Pipunculid sp. (Diptera).  
 

Patogen : mikroorganisme yang menginfeksi organisme lain. Contoh agens hayati patogen yang telah diketahui dan dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan wereng hijau (N.viresens) adalah jamur entomopatogen diantaranya Beauveria bassiana dan Metharizium anisopliae. Aplikasi jamur entomopatogen tersebut menekan keperidian dan kepadatan populasi wereng hijau tetapi tidak mempengaruhi kepadatan populasi musuh alami (Widiarta dan Kusdiman  2007).

Ada beberapa cara yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan musuh alami di lapangan yaitu :

  1. Introduksi : pengimporan satu atau lebih musuh alami dari tempat asalnya. Introduksi dilakukan bila hama disuatu daerah belum mempunyai musuh alami.
  2. Augmentasi : perbanyakan musuh alami dengan mengintroduksi musuh alami dari luar yang sebelumnya diperbanyak di laboratorium dan selanjutnya dilepas sewaktu-waktu atau secara teratur. 
  3. Konservasi : upaya untuk melestarikan musuh alami yang sudah ada di suatu tempat dan mengefektifkan fungsinya.  
Untuk melestarikan musuh alami seharusnya memperhatikan beberapa hal diantaranya : 
  1. Tempat perlindungan musuh alami. 
  2. memodifikasi sitem budidaya tanaman. 
  3. Penggunaan pestisida secara terbatas dan selektif.
Pangan khususnya beras semakin dituntut untuk aman bagi konsumen, oleh karena itu proses produksi yang ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit tungro perlu dilakukan agar memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi.  Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pengendalian penyakit tungro adalah penggunaan musuh alami yang didukung oleh pola tanam polikultur, pergiliran tanaman/varietas tahan serta penggunnaan pestisida secara bijaksana.

Perlu diterapkan sistem ekolabeling untuk produk-produk pertanian ramah lingkungan khususnya beras yang notabene sebagai makanan pokok dan memberi penghargaan (rewarding) kepada petani yang telah berproduksi dengan benar. Begitupun dengan konsumer yang turut berkontribusi dalam pengembangan pertanian yang sehat. Dengan demikian, produk hasil pertanian akan memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi.


Sumber: http://lolittungro.litbang.pertanian.go.id/

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts